Sosialisasi Dalam Masyarakat



1. Sejarah Lisan










Budaya tradisi lisan sudah diturunkan dari masa lalu oleh nenek moyang kalian. Cerita rakyat yang kalian sudah tuliskan pada kolom atas merupakan cerita yang sudah turun-temurun dilestarikan. Kalian kelak juga akan menurunkan cerita-cerita tersebut kepada anak cucu kalian nanti. 

Cerita rakyat pada mulanya tidak dibuat untuk anak-anak. Namun pada abad ke-19, cerita rakyat dibuat untuk digunakan sebagai bahan pendidikan bagi anak-anak. Seperti cerita Si Pitung dari Jakarta yang mengajarkan untuk kebaikan, tolong menolong, dan berani. Cerita rakyat yang turun-temurun sudah disesuaikan untuk pembaca dan pendengar. Cerita rakyat dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu mitos (myth),legenda (legend), dan dongeng ( folktale).

Jejak-jejak masa lampau sebagai sumber sejarah digolongkan dalam tiga jenis yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda (artefak). Sumber tertulis diantaranya prasasti, silsilah keluarga (dokumen tertulis), surat kabar, buku harian, piagam, babad, dokumen, biografi, jurnal, surat, laporan, notulen rapat, dan sebagainya. Sumber benda dalam sejarah yaitu monumen (piramid, masjid, candi, makam, gereja, patung, lukisan), ornamen (relief, gambar-gambar), dan grafis (peta, perencanaan kota, sketsa topografis, sidik jari, tabel statistik, dan lain-lain), dan fonografis (rekaman suara). 


Sementara sumber lisan dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, kesaksian lisan oleh pelaku yang terlibat secara langsung dalam peristiwa sejarah (oral history). Pada saat melakukan wawancara dengan saksi sejarah direkam dan ditranskripkan ke dalam kertas.

Sumber lisan yang kedua berupa tradisi lisan (oral tradition), misalnya mitos, legenda, dongeng, dan cerita rakyat. Tradisi lisan lebih sulit untuk dianalisis oleh seorang sejarawan karena perlu menangkap kenyataan di belakang ceritanya yang didukung dokumen seperti arsip atau buku. 

Mitos adalah cerita yang dianggap benar terjadi dan suci oleh masyarakat pemilik cerita tersebut. Legenda merupakan cerita rakyat jaman dahulu yang dianggap benar-benar terjadi oleh pemilik cerita. Dongeng merupakan prosa yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang memiliki cerita. Isi dongeng kebanyakan penuh dengan khayalan.

Melalui cerita rakyat nenek moyang kalian menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dari anak-anak mereka atau cucu-cucu mereka. Seperti contoh ketika sudah malam anak-anak tidak diperbolehkan bermain di luar rumah karena akan diculik oleh hantu. Penjelasan ilmiahnya adalah ketika malam dan suasana gelap maka anak-anak akan kesulitan untuk melihat keadaan sekitar. Anak-anak yang bermain dikhawatirkan akan mengalami kecelakaan atau kehilangan arah untuk pulang.  Cerita rakyat mempunyai ciri-ciri di antaranya:
  1. Penyebaran dan pelestariannya dilakukan dengan tradisi lisan yaitu melalui penuturan dari orang ke orang lain.
  2. Bersifat tradisional dan disebarkan antargenerasi dalam waktu yang cukup lama.
  3. Cerita rakyat itu ada dengan versi-versi dan perbedaan dari setiap daerah sehingga menjadi berbeda alur dari ceritanya satu sama lain.
  4. Penciptanya tidak diketahui.
  5. Menjadi milik bersama.
  6. Mempunyai kegunaan dalam kehidupan.
  7. Mempunyai logika sendiri yang membedakan dengan logika umum.
Cerita rakyat memiliki banyak nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan nilai-nilai budi pekerti seperti keimanan, jujur, adil, bekerja keras, rendah hati, bekerja sama, keberanian, rela berkorban, tolong menolong, kerurukunan, dan sebagainya .



2. Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Ekonomi yang Bermoral

a. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial dapat diartikan bahwa manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Manusia memiliki keterbatasan sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya sehingga manusia saling bergantung satu dengan lainnya.

b. Manusia sebagai Makhluk Ekonomi yang Bermoral

Kebutuhan manusia yang tidak terbatas membuat manusia melakukan berbagai cara agar tujuan kebutuhannya dapat terpenuhi. Keinginan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya merupakan perwujudan manusia sebagai makhluk ekonomi. Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia dibatasi oleh hak-hak orang lain sebagai perwujudan makhluk bermoral. Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia setidaknya memiliki empat ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Melakukan tindakan rasional.
  2. Fokus pemenuhan kebutuhan untuk kepentingan diri sendiri tanpa mengabaikan norma/nilai/aturan yang berlaku di masyarakat.
  3. Pengambilan keputusan dalam rangka memenuhi kebutuhan sesuai dengan tujuan.
  4. Sulit merasa puas.
  5. Ada preferensi pribadi dalam menentukan aktivitas pemenuhan kebutuhan. 

3. Sosialisasi

Manusia adalah makhluk sosial yang menghabiskan kehidupan dengan cara berinteraksi dengan individu lain. Sosialisasi adalah proses sosial seumur hidup untuk mempelajari pola budaya, perilaku, dan harapan. Melalui sosialisasi, kita mempelajari nilai-nilai budaya, norma, dan peran.

a. Hakikat Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses interaksi yang dilakukan secara terus-menerus sehingga membentuk kepribadian seorang individu. Dapat dikatakan, sosialisasi merupakan proses seumur hidup yang berkaitan dengan cara individu mempelajari nilai dan norma sosial yang ada atau berlaku di masyarakat agar dapat diterima kelompoknya. Sosialisasi dapat dilakukan oleh berbagai individu termasuk orang tua, guru, teman sebaya, saudara kandung lewat sekolah, televisi, internet, ataupun media sosial.

b. Agen Sosialisasi

Sosialisasi terjadi di seluruh rentang hidup dan sampai batas tertentu. Interaksi sosial meliputi perpindahan individu dari satu tempat ke tempat yang lain, peran dalam hidup mereka mulai dari lulus sekolah, memperoleh pekerjaan menikah, memiliki anak, hingga pensiun. Berikut merupakan
agen-agen sosialisasi:

 ■  Keluarga

Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama dan terpenting. Agen sosialisasi keluarga terdiri dari sistem keluarga inti (nuclear family) dan sistem kekerabatan (extended family). Keluarga inti meliputi ayah, ibu, dan saudara kandung maupun angkat yang tinggal dalam satu rumah. Sedangkan sistem kekerabatan meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi. Keluarga termasuk kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi dalam mengawasi anggota keluarganya. Sosialisasi dalam keluarga dapat memengaruhi pembentukan kepribadian anak.


■  Sekolah

Individu dihadapkan pada berbagai pengalaman berbeda di sekolah. Mereka berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama, kelas sosial, ras, etnis, dan kebudayaan. Sosialisasi di sekolah memiliki tujuan menanamkan nilai kedisiplinan yang berorientasi mempersiapkan peran peserta didik pada masa mendatang. Agen sosialisasi sekolah merupakan bentuk dari sosialisasi sekunder.


 ■  Kelompok Sepermainan

Sosialisasi juga terjadi di antara kelompok sepermainan, baik teman sebaya maupun tidak sebaya. Kelompok sepermainan dapat memengaruhi kebiasaan belajar, selera musik, sudut pandang, dan bahkan gaya berpakaian. Agen sosialisasi kelompok sepermainan merupakan bentuk dari sosialisasi sekunder.


 ■  Media Massa

Media massa adalah sarana komunikasi satu arah ke masyarakat luas. Informasi yang disampaikan melalui media dapat menyebar secara cepat dan luas ke seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Jenis media massa dapat berupa televisi, surat kabar, majalah, film, radio, dan media sosial digital lainnya. Individu akan dihadapkan pada berbagai perilaku, ide, kepercayaan, dan nilai melalui media. Agen sosialisasi media massa merupakan bentuk dari sosialisasi sekunder.

b. Proses Sosialisasi

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget, proses sosialisasi menekankan pada kemampuan anak untuk memahami dunia. Piaget menjelaskan adanya perbedaan tahap anak-anak dalam belajar untuk berpikir tentang diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Tahapan tersebut di antaranya:

 ■ Sensorimotor (0-2 tahun)

Sensorimotor merupakan tahap pertama bayi belajar terutama dengan menyentuh benda, memanipulasinya, dan secara fisik menjelajahi lingkungannya. Pencapaian utama pada tahap ini adalah pemahaman anak bahwa lingkungannya memiliki sifat yang berbeda dan stabil.

 ■ Pra-operasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini anak sudah menguasai bahasa dan menggunakan kata-kata untuk merepresentasikan objek dan gambar secara simbolis. Anak-anak berbicara bersama tetapi tidak dengan satu sama lain dalam arti yang sama seperti orang dewasa.

 ■ Operasional konkret (7-11 tahun)

Pada fase ini, anak-anak telah memahami pengertian logis seperti hubungan sebab dan akibat. Seorang anak pada tahap perkembangan ini akan mengenali alasan yang salah dan mampu melaksanakan operasi hitungan matematika sederhana (mengalikan, membagi, dan mengurangi).

 ■ Operasional formal (11-15 tahun)

Tahap ini merupakan tahap remaja. Selama masa remaja, anak yang beranjak dewasa lebih mampu memahami ide-ide yang sangat rumit. Ketika dihadapkan pada suatu masalah, anak-anak pada tahap ini mampu meninjau semua cara yang mungkin untuk dilakukan dan melaluinya secara teoritis untuk mencapai solusi.

4. Nilai dan Norma

a. Definisi Nilai dan Norma

Nilai dapat dilihat sebagai sesuatu yang absolut, melekat pada objek, hadir dalam diri manusia, dan identik dengan perilakunya. Franz mengemukakan, norma dapat dilihat sebagai kumpulan perilaku verbal dan nonverbal. 

Norma merupakan aturan atau cara yang diterapkan masyarakat agar sesuai dengan nilai yang dianut oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, norma berpakaian atau etika berpakaian akan sama dengan tata cara berpakaian. Seorang individu harus menyesuaikan dengan nilai yang dianut masyarakat dalam berpakaian.

Norma diturunkan dari nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Stolley menyatakan bahwa masyarakat akan membutuhkan norma untuk memelihara tatanan sosial yang stabil. Norma dapat berubah-ubah seiring berjalannya waktu, misalnya dahulu wanita yang memakai celana dianggap melanggar norma tetapi saat ini merupakan hal yang biasa.

b. Jenis-Jenis Nilai dan Norma

 ■ Jenis-Jenis Nilai

Jenis-jenis nilai berkembang menjadi beraneka ragam, tergantung pada kategori penggolongannya. Notonagoro membagai nilai menjadi tiga macam, yaitu:
  1. Nilai material adalah segala hal yang bermanfaat bagi jasmani manusia, seperti makanan dan pakaian. 
  2. Nilai vital merupakan segala hal yang bisa digunakan manusia untuk melakukan kegiatan atau aktivitas, misalnya jaring untuk nelayan, payung ketika musim hujan, dan lain sebagainya. 
  3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi rohani manusia, meliputi:
  • Nilai Kebenaran: bersumber dari unsur akal manusia. Contoh nilai kebenaran yaitu hakim yang bertugas memberi putusan pengadilan.
  • Nilai Keindahan: berasal dari perasaan dan estetis manusia. Contoh mengoleksi perangko, menanam tanaman hias, dan membeli lukisan.
  • Nilai Kebaikan/Moral: berasal dari kehendak atau kemauan manusia. Contohnya tidak memotong pembicaraan orang lain, meminjamkan pulpen kepada teman yang lupa membawa alat tulis.
  • Nilai Religius: merupakan nilai ketuhanan yang tertinggi dan mutlak. Contohnya, beribadah tepat waktu, menjalankan perintah yang diajarkan dalam agama yang dianut.

 ■ Jenis-jenis Norma

Norma Agama 
Norma agama atau religi memuat aturan yang menata kehidupan manusia yang bersumber dari Tuhan. Norma agama terdiri dari sekumpulan perintah dan larangan manusia untuk berlaku, yang oleh pemeluknya diyakini kebenaran dan konsekuensinya. Norma tersebut tidak hanya mengatur hubungan vertikal, antara manusia dan Tuhan (ibadah), tetapi juga hubungan horizontal, yakni hubungan sesama manusia.


Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan berasal dari hati nurani yang dipraktikkan secara berulang dan menjadi kebiasaan. Norma kesusilaan merupakan susunan dari aturan-aturan hidup tentang cara manusia bertingkah laku dalam kehidupan. Pelanggaran terhadap norma kesusilaan seringkali diangap sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama. Contohnya membentak atau melawan orang tua dinilai sebagai tindakan yang melanggar kesusilaan dalam berbagai agama. Pelanggaran terhadap norma kesusilaan artinya mengingkari hati nuraninya sendiri.


Norma Kesopanan
Norma kesopanan berisi seperangkat aturan yang menjadi panduan tingkah laku seseorang agar sesuai dengan kaidan sopan santun untuk dapat diterima untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Norma ini bersumber dari budaya dan adat istiadat masyarakat. Perbuatan yang dianggap sopan oleh suatu kelompok masyarakat mungkin dapat dianggap tidak sopan bagi kelompok masyarakat lainnya. Sebagai contoh: duduk di kursi sedangkan orang tua duduk di lantai dapat dianggap melanggar norma kesopanan di beberapa wilayah, tetapi hal tersebut belum tentu melanggar norma kesopanan di wilayah lain.

Norma kesopanan dapat berubah seiring dengan sifat masyarakat yang juga dinamis dan mengalami perubahan. Pelanggaran terhadap norma kesopanan akan memperoleh sanksi yang berupa sindiran, celaan, teguran cemoohan, bahkan diasingkan oleh masyarakat. 

Norma Hukum 
Norma hukum tersusun atas aturan-aturan yang dibuat lembaga-lembaga resmi tertentu, seperti lembaga pemerintah suatu negara. Norma hukum bersifat memaksa, tegas, dan mengikat warga negara. Contoh dari norma hukum yaitu adanya aturan mengenai hukuman bagi pelanggaran lalu lintas.

c. Peranan Nilai dan Norma

Nilai dan norma dibutuhkan dalam kehidupan untuk menjaga kestabilan kehidupan dalam masyarakat. Berikut peran nilai dan norma lainnya:
  1. Mengatur kehidupan masyarakat untuk membentuk pola perilaku masyarakat yang tidak merugikan atau merusak tatanan yang ada dalam masyarakat.
  2. Menyeimbangkan hak dan kewajiban dalam masyarakat, sehingga tidak ada pihak yang merasakan ketidakadilan atas perilaku pihak lain.
  3. Nilai berfungsi sebagai alat motivasi dan kontrol sosial. Norma merupakan pedoman bagi individu untuk berlaku di dalam masyarakat. Norma juga berperan untuk mengatur, mengendalikan, memberi sanksi serta memaksa anggotanya untuk bertingkah laku di tengah masyarakat.

5. Interaksi Antarwilayah

Fenomena perbedaan satu tempat dengan tempat lain menjadikan tempat tersebut unik. Interaksi merupakan peristiwa saling memengaruhi daya, objek, atau tempat satu wilayah dengan wilayah lainnya. Setiap wilayah memiliki potensi sumber daya dan kebutuhan yang berbeda dengan tempat lain. Hal inilah yang mendasari terjadinya interaksi antarwilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan. 

Setiap wilayah dapat menghasilkan barang kebutuhan yang berbeda dengan wilayah lain karena adanya berbedaan bentuk muka bumi. Selain itu, interaksi antarruang seperti kawasan pesisir yang menghasilkan hasil laut dengan dataran tinggi yang menghasilkan berbagai sayuran tidak hanya dipengaruhi karena perbedaan bentuk muka bumi. Jaringan jalan dan transportasi juga memengaruhi interaksi tersebut. Hal ini menyebabkan terjadi interaksi antarwilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan lain yang tidak ada di wilayahnya.

Sebagai contoh, perdesaan menghasilkan sumber pangan yang dibutuhkan penduduk perkotaan. Kota menghasilkan berbagai barang industri yang dibutuhkan penduduk perdesaan. Interaksi juga dapat terjadi antara satu kota dan kota lain berupa pertukaran barang dan jasa. Interakasi antara perdesaan dan perkotaan didasari atas perbedaan karakteristik wilayah yang memengaruhi hasil produksi dan didukung oleh jaringan jalan yang baik sehingga dapat terjadi pertukaran barang. Berikut merupakan perbandingan karakteristik wilayah perdesaan dan perkotaan:


Penggunaan lahan di perdesaan didominasi lahan pertanian termasuk perkebunan dan perikanan sehingga memiliki ruang terbuka yang lebih luas dibandingkan areal terbangun. Sedangkan penggunaan lahan di perkotaan memiliki heterogenitas yang lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan. Hal ini membuat wilayah perdesaan dapat menghasilkan bahan pangan yang dibutuhkan penduduk perkotaan.

Misalnya, Kabupaten Brebes memiliki komoditi pertanian bawang merah dan Kabupaten Wonosobo menghasilkan komoditi pertanian Kentang. Kedua wilayah tersebut saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kabupaten Wonosobo mengirimkan hasil pertanian berupa kentang ke Kabupaten Brebes dan sebaliknya. Interaksi antara Kabupaten Brebes dan Wonosobo ini  merupakan contoh dari interaksi antarwilayah dalam rangka mencukupi dan memenuhi kebutuhan di bidang pangan.







Sumber : Buku Siswa Kurilulum Merdeka 









Comments

Popular Posts

Kumpulan Perangkat Kurikulum Merdeka Kelas 7

Kumpulan Perangkat Kurikulum Merdeka Kelas 8