Mobilitas Sosial

 Mobilitas Sosial

A. Mobilitas Sosial

1. Pengertian Mobilitas Sosial





Kesuksesan Mas’oed
Sebagai seorang anak petani miskin, Mas’oed  berusaha untuk memperbaiki taraf kehidupan keluarganya. Orangtuanya hanya mampu menyekolahkan dia sampai tingkat SMP. Walaupun demikian, Mas’oed tetap bercita-cita melanjutkan sekoleh ke jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 1980, pergilah Mas’oed ke kota, bersama temannya. Di kota mereka berjualan koran di waktu pagi dan berangkat sekolah pada waktu siang.

Dari hasil penjualan koran, Mas’oed membiayai sekolahnya, bahkan sampai kuliah di perguruan tinggi. Kuliah di perguruan tinggi membuat Mas’oed semakin memiliki pengetahuan luas tentang usaha bisnis. Mas’oed tidak lagi berjualan koran di pinggir lampu merah. Dia membuka kios koran dan majalah. Usaha as’oed terus mengalami kemajuan, hingga berkembang menjadi toko buku yang laris. 
Kini, Mas’oed memiliki 4 cabang toko buku yang memperkerjakan lebih dari 200 pekerja. Mas’oed yang masa lalunya anak petani miskin, kini telah menjadi pengusaha terpandang di kotanya. Keberhasilan Mas’oed tidak lepas dari usahanya yang gigih.
Perhatikan cerita keberhasilan Mas’oed di atas. Apabila kondisi ekonomi keluargamu sama dengan Mas’oed, mudah-mudahan kisah Mas’oed dapat menginspirasi. Seandainya kalian saat ini lebih baik kondisinya dibandingkan saat Mas’oed di SMP, kalian tentu harus jauh lebih sukses dari Mas’oed. Kisah keberhasilan Mas’oed pada teks di atas merupakan salah satu contoh mobilitas sosial.


Perhatikan gambar seorang direktur dan bawahannya pada gambar di atas. Ada beragam cara untuk menjadi seorang direktur. Salah satu cara yang paling mudah adalah merintis karier sebagai karyawan biasa, menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya sehingga mencapai prestasi dan promosi, dan pada akhirnya menduduki jabatan direktur. 

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. 

Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.

Beberapa contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang; seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan akhirnya jatuh miskin. 

Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan sosial ke bawah.

Wawasan

Mobilitas sosial menurut para ahli: 
  • Paul B. Horton: mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. 
  • Kimball Young dan Raymond W. Mack: mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antar individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dan kelompoknya. 
  • Anthony Giddens: mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda. 
  • Horton & Hunt: mobilitas sosial merupakan tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

2. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial

Kalian telah mempelajari pengertian mobilitas sosial dan menemukan berbagai contoh mobilitas sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu. Untuk memperdalam pemahamanmu tentang mobilitas sosial, kalian dapat mempelajari berbagai bentuk mobilitas sosial. Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. 

Mobilitas sosial positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk.

Beberapa Kasus Mobilitas Sosial
Kasus 1.

Bu Damaris Mendila adalah seorang guru di salah satu sekolah di Provinsi Papua. Sebagai guru IPS, Bu Damaris Mendila menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya mengajar saja, Bu Damaris Mendila juga melaksanakan administrasi dengan penuh tanggung jawab. Berbagai kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dilaksanakan dengan baik. Karena berbagai prestasinya, Bu Damaris Mendila diangkat menjadi kepala sekolah. Gerak sosial dari seorang guru menjadi kepala sekolah atau naik jabatan  pada kasus Bu Damaris Mendila  merupakan salah  satu bentuk mobilitas sosial vertikal.

Kasus 2.

Pak Gayus adalah seorang anak pengusaha yang memiliki usaha perkebunan teh di beberapa tempat di Jawa Barat. Pak Gayus  mengembangkan usaha dengan membuka usaha baru, yakni bisnis pertambangan. Namun, usaha pertambangan Pak Gayus tidak berhasil berkembang. Bahkan usaha perkebunannya terus merugi hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. Kini Pak Gayus memulai sebagai pengusaha kecil, yakni menjadi agen penjualan teh. Gerak sosial Pak Gayus yang mengalami penurunan pada kasus ini juga merupakan contoh mobilitas sosial vertikal.

Kasus 3.

Pak Zaenuri seorang kepala sekolah di salah satu SMP di Jawa Timur yang sudah 8 tahun  menjabat. Dinas pendidikan memindahkan Pak Zaenuri ke sekolah lain dan tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Gerak sosial yang dialami Pak Zaenuri juga merupakan contoh bentuk mobilitas sosial horizontal.

a. Mobilitas Vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking).
 

1)  Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing) 

Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk social climbing lain misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada.

2) Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)

Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya. Contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. 

b. Mobilitas Horizontal 

Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.

Ibarat roda yang berputar, manusia tidak selamanya menduduki jabatan yang tinggi. Karena itulah, manusia harus mampu menjaga dirinya dengan baik apabila telah memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Manusia harus sadar bahwa kedudukan tersebut merupakan amanah yang harus dijalankan dengan baik. 

Orang yang merasa dirinya berada di lapisan paling bawah, tidak perlu berkecil hati, asalkan tetap berusaha dengan tekun. Sikap pantang menyerah merupakan kunci keberhasilan meraih cita-cita.

3. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalian perlu mempelajari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mobilitas sosial. Dalam setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbedabeda. Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.

Terdapat beragam faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu:

a. Faktor Struktural

Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.

b. Faktor Individu  

Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. 

Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup.

Inspirasi


Dari Pemungut Bola Menjadi Pengusaha Sukses Monang  pengusaha “Rumah Barbie”, miniatur rumah yang biasa digunakan anak-anak untuk boneka Barbie. Usaha lelaki asal Medan ini berhasil menembus beberapa pasar di kota-kota besar di Indoensia.

Monang merupakan salah satu contoh difabel yang sukses. Ia yang hanya memiliki satu kaki memulai usaha dengan penuh kerja keras. Beberapa kali ia gagal, namun selalu punya semangat untuk  bangun kembali. Sebelum menjadi pengusaha, ia lebih dulu berkarir sebagai atlet difabel, lalu mejadi pemungut bola di lapangan tenis. Monang pernah berjuang menjadi atlet difabel hingga akhirnya menjadi pengusaha rumah boneka. Kini Monang memiliki 5 (lima) pekerja dan usahanya semakin sukses. Kegigihan Monang perlu ditiru. Walaupun hanya memiliki satu kaki, Monang pantang menyerah hingga mencapai keberhasilan. 

Sumber: https://abriantonugraha.wordpress.com/2012/10/29/10-orang-pengusaha-cacat-yang-sukses/

c. Faktor Sosial 

Setiap perjuangan diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi. Kalian tentu juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtuamu juga selalu berpesan supaya kalian belajar giat. Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari orangtuamu.

d. Faktor Ekonomi 

Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial. Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.

e. Faktor Politik 

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan  juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.

 f. Kemudahan dalam Akses Pendidikan 

Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.

Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Akibatnya, masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. Penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan Jepang tidak lebih dari 10%. Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar. 

Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan. 

Selain berbagai beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi). 

Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian dapat mendaftarkan diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.

Selain memahami berbagai faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu memahami berbagai faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial yang telah kalian pelajari di atas pada dasarnya juga merupakan faktor penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik. Sebagai contoh, pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila sistem pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila sistem pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas sosial masyarakat pasti terhambat. 

Beberapa faktor penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut.

a. Kemiskinan 

Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.  

Saat ini, negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin ± 12%. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.

b. Diskriminasi  

Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama, golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. Dalam memperoleh pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial rakyat Indonesia.

4. Saluran-saluran Mobilitas Sosial 

Setiap orang dapat mewujudkan mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia sedang berkarya. Sebagai contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan, ia dapat mewujudkan mobilitas sosial di lembaga pendidikan tersebut. Seorang politikus di partai politik dapat melakukan mobilitas sosial di partai politik yang ia ikuti.  

Berikut ini merupakan contoh saluran-saluran mobilitas sosial.

a. Pendidikan 

Pendidikan merupakan saluran bagi mobilitas vertikal yang sering digunakan karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. 

Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. Setelah lulus, ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha. Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis status sosialnya juga meningkat. 

b. Organisasi Politik 

Banyak contoh orang yang meniti perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Sebagai contoh, Presiden Republik Indonesia pertama Ir Sukarno. Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak memiliki jabatan di pemerintahan. Namun, melalui perjuangan politiknya, Sukarno semakin dikenal rakyat dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno
dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.


Wawasan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam mobilitas sosial. Keberhasilan pergerakan nasional bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah tidak lepas dari peran penting pendidikan. Kalian ingat bagaimana organisasi pergerakan nasional pertama Budi Utomo berdiri, yang dipelopori oleh para cerdik cendikia atau mahasiswa kedokteran STOVIA.

Berdirinya Budi Utomo dan berbagai organisasi sosial politik lainnya terjadi berkat peran pendidikan. Dapat dikatakan bahwa pendidikan telah mendorong mobilitas bangsa Indonesia dari kelompok yang diperintah, kemudian memerintah sendiri. Apabila kalian ingin melakukan mobilitas sosial ke atas, belajarlah dengan baik dan kerjarlah ilmu setinggi-tingginya.
Seorang angota partai politik yang profesional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status yang semakin tinggi dalam partainya sampai akhirnya menjadi anggota dewan legislatif. Kalian dapat menemukan berbagai contoh perjuangan orang-orang di partai politik di sekitar
tempat tinggalmu.

c. Organisasi Ekonomi 

Organisasi  yang bergerak itu antara lain dalam bidang perusahan ataupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal. Organisasi ekonomi itu antara lain koperasi dan badan usaha.  

Koperasi akan melayani kebutuhan anggotanya. Koperasi sekolah tentu akan mengutamakan pelayanan terhadap para peserta didik. Demikian juga halnya dengan koperasi pasar, petani, nelayan, dan sebagainya. Melalui organisasi koperasi, kesejahteraan anggota dapat diperjuangkan. Keberhasilan perjuangan koperasi mencerminkan keberhasilan perjuangan anggota-anggotanya. 

d. Organisasi Profesi 

Contoh organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpinan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan organisasi profesi lainnya. Kalian dapat menemukan berbagai organisasi profesi yang ada di Indonesia.

Organisasi profesi merupakan himpunan orang-orang yang memiliki profesi yang sama sehingga mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan  profesinya. Sebagai contoh, organisasi profesi guru Persatuan Guru Republik Indonesia merupakan salah satu sarana perjuangan para guru dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan guru. 

Selain memperjuangkan pendidikan di Indonesia, PGRI juga memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru di Indonesia terus mengalami peningkatan.  

5. Dampak Mobilitas Sosial 

Apabila semua mobilitas sosial bersifat ke atas (social climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi, selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas, dan ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat positif dan negatif.

Berikut ini beberapa dampak positif terjadinya mobilitas sosial.

a. Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju 

Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat membedakan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. 

Pada masa penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki citacita menjadi camat, bupati, atau gubernur. Hal ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu. Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi pemimpin di berbagai bidang.

b. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial 

Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan.

Keberhasilan  mobilitas sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik cendekia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.

c. Meningkatkan Integrasi Sosial 

Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilainilai, dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan mendapat respon yang berbeda dari masyarakat lain.

Respon tersebut dapat berupa tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan pengaruh yang diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh terjadinya integrasi dalam masyarakat.

Adapun Dampak negatif mobilitas sosial.

a. Terjadinya Konflik

Mobilitas sosial merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik. 

Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan, dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.

Contoh lain, perjuangan di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semua partai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih tinggi. 

Persaingan antarpartai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia. Persaingan ataupun konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan, tetapi persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah, setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama-sama ikhlas menerima kenyataan.

b. Gangguan Psikologis

Seseorang yang memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun karena sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stres yang berkepanjangan akan melahirkan berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya. 

Contoh: darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti di atas tentu tidak akan terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan, dan kemudian bertekad untuk berubah.

RENUNGKAN

Manusia tidak dapat lepas dari mobilitas sosial, entah mobilitas vertikal atupun horizontal. Dalam mobilitas sosial vertikal, manusia bisa mengalami mobilitas ke atas ataupun ke bawah. Mobilitas ke bawah tentu berusaha dihindari oleh manusia, namun seandainya terjadi hendaknya manusia menerima dengan lapang dada dan berusaha bangkit kembali. Untuk melakukan mobilitas ke atas diperlukan perjuangan yang gigih.




Sumber : Buku Elektronik Siswa Kelas 8 Kurikulum 2013 Revisi 2017

Comments

Popular Posts

Perubahan Sosial Budaya

Kondisi Alam Negara-negara di Dunia