Kehidupan Masyarakat Pada Masa Islam




Amati baik-baik gambar 4.44. Gambar ini menunjukkan jalur perdagangan laut para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat ke Indonesia.
Apa pengaruh hubungan dagang ini terhadap masyarakat di Indonesia? 
Ketika perdagangan di sekitar Selat Malaka dan daerah lainnya di kepulauan Indonesia semakin maju, pedagang-pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat turut meramaikan kegiatan tersebut. Kapal-kapal dagang dari Arab, Persia, dan Gujarat mulai menyinggahi beberapa tempat di pesisir Sumatra sejak abad ke-7 Masehi.Melalui hubungan dagang, para pedagang memperkenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat di Indonesia. Selain pedagang, para mubaligh dan ulama juga turut serta memperkenalkan ajaran Islam. Hasilnya, terbentuklah sejumlah pemukiman muslim di berbagai daerah seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Maluku. Pada abad ke-13 Masehi, mulai berdiri kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut lahir sebagai suatu kekuatan politik, ekonomi, dan budaya yang baru setelah berakhirnya masa kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Bagaimanakah perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Islam? Mari, kita pelajari bersama.

1. Masuknya Islam ke Indonesia

Tahukah kamu kapan pertama kali Islam masuk ke Indonesia dan dari mana tempat asalnya?Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu mengkaji pendapat para ahli mengenai hal tersebut.ada beberapa pendapat yang menjelaskan waktu masuknya Islam dan tempat asalnya. Pendapat-pendapat itu antara lain adalah sebagai berikut.

a. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. 

Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya, yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abad-abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Hal ini berdasarkan bukti bahwa bangsa Indonesia sejak awal telah menganut mazhab Syafi’i yang sama dengan mazhab yang dianut di Mekkah. Senada dengan pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan oleh Anthony H.Johns.

Menurutnya,proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum pengembara) yang datang ke kepulauan Indonesia. Bukti lain tentang masuknya Islam pada abad ke-7 Masehi adalah catatan dari Dinasti Tang yang berjudul Hsin-tangshu (Sejarah Dinasti Tang) menyebutkan bahwa pada 674 M telah ada pemukiman pedagang Arab di Polu-shih (Barus, Pantai Barat Sumatra).

b. Pendapat kedua dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat. 

Ia mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Pendapatnya didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain adalah perayaan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi Tabot di Pariaman, Sumatra Barat dan Bengkulu. 

c. Pendapat ketiga bahwa Islam masuk ke kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 Masehi. 

Menurut Snouck Hurgronje para penyebar Islam di Indonesia berasal dari Gujarat (India). Pendapat senada dikemukan oleh Mouquette (Ilmuwan Belanda) yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 698 H atau 1297 M. Mouquette melihat ada kesamaan batu nisan Malik al-Saleh dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Bukti lain tentang masuknya Islam pada abad ke-13 M adalah catatan Marcopolo (pedagang Venesia) yang singgah di Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292. Di sana disebutkan bahwa Perlak merupakan kota Islam. 

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Islam yang datang pada abad ke-7 M berasal dari Arab. Sedangkan Islam yang datang pada abad ke-13 Masehi berasal dari Gujarat.Atau, dapat pula disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia secara perlahan-lahan yang dimulai pada abad ke-7 Masehi dan mendapatkan bentuknya secara politik pada abad ke-13 Masehi.

2.  Persebaran Islam di Indonesia

Setelah mengetahui kapan dan dari mana Islam datang ke Indonesia, selanjutnya marilah kita mempelajari persebaran Islam di Indonesia.supaya kamu mendapatkan gambaran mengenai persebaran Islam di Indonesia, 
Persebaran Islam di Indonesia terjadi secara bertahap. Daerah yang pertama mendapat pengaruh Islam adalah daerah Indonesia bagian Barat. Daerah ini merupakan jalur perdagangan internasional sehingga pengaruh Islam dapat dengan cepat tumbuh di sana. Di daerah ini berkembang beberapa pusat kerajaan Islam seperti Samudera Pasai danAceh.Dari sini kemudian Islam menyebar ke kota-kota pelabuhan yang ada di Indonesia seperti Banten, Jepara, Gresik, Tuban, Makassar, serta Ternate dan Tidore.

Bagaimanakah cara persebaran Islam ke berbagai tempat di Kepulauan Indonesia?Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Cara-cara tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

a. Perdagangan

Kondisi geografis sebagai jalur pelayaran dan perdagangan membuat wilayah Kepulauan Indonesia menjadi daerah pertemuan para pedagang yang tidak hanya orang-orang lokal, tetapi juga bangsa lain seperti Arab, Persia, Cina, dan India.Mereka berdagang sambil juga menyebarkan agama Islam. Para pedagang tersebut biasanya bermukim atau bertempat tinggal sementara di daerah-daerah sekitar pelabuhan.Hal ini disebabkan mereka harus menunggu perubahan angin pada bulan-bulan tertentu yang memungkinkan mereka kembali ke negeri asalnya.Pada saat bermukim sementara inilah kemudian mereka menyebarkan agama Islam.

b. Pernikahan

Selain perdagangan, penyebaran Islam dilakukan melalui pernikahan. Para pedagang muslim yang menetap di sekitar pelabuhan banyak yang melakukan pernikahan dengan penduduk setempat. Dari pernikahan ini terbentuklah ikatan kekerabatan yang besar antara pihak laki-laki dan keluarga pihak wanita.

Dalam babad dan hikayat, ditemukan cerita mengenai pernikahan antara seorang pedagang atau golongan Islam lainnya dengan anak bangswan pribumi. Contohnyadapat kita temukan dalam Babad Tanah Jawi, tentang pernikahan puteri Campa dengan raja Brawijaya dan melahirkan seorang putera yang kelak menjadi raja Demak bernama Raden Patah.Demikian juga dalam Babad Cirebon disebutkan seorang ulama terkenal bernama Maulana Ishak yang berhasil menyembuhkan raja Blambangan, menikah dengan puteri Blambangan dan melahirkan putra bernama Raden Paku yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri.

c. Pendidikan

Penyebaran Islam di Nusantara dilakukan juga melalui pendidikan. Para ulama dan guru-guru agama Islam mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam yang dikenal pada waktu itu adalah Surau, Dayah, dan Pesantren.Di tempat-tempat inilah para ulama mendidik para santri tentang agama Islam.Bila telah selesai, para santri pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya.Contoh pesantren pada masa dahulu pesantren yang dibangun oleh Sunan Ampel dekat Gresik, dan pesantren yang dibangun oleh Sunan Giri di Gresik.

d. Kesenian

Penyebaran Islam juga dilakukan melalui pertunjukan seni, seperti pertunjukan wayang kulit. Disebutkan dalam cerita tutur bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang yang sangat mahir dan sangat disukai rakyat. Beliau secara perlahan-lahan memasukan unsur-unsur agama Islam dalam cerita dan pertunjukkan wayang sehingga akhirnya dapat menarik rakyat masuk agama Islam.

3. Pengaruh Islam terhadap Masyarakat di Indonesia

Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Perubahan-perubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini.

a. Bidang Politik

Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian mengalami kemunduran dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan Islam.Pada masa Islam, konsep kerajaan berubah menjadi kesultanan. Dalam sistem kesultanan nilainilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan.

b. Bidang Sosial

Pada masa Hindu-Buddha terjadi pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta.Sistem ini membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Setelah Islam masuk, sistem kasta menjadi pudar karena ajaran Islam tidak menerapkan sistem kasta.Meskipun demikian, pada masa Islam masih terdapat penggolongan kelompok masyarakat. Di Jawa misalnya, seorang ulama diberi gelar Kyai, sebuah gelar yang menunjukkan ketinggian derajat pada struktur sosial di masyarakat. Begitu pula dengan para penyebar agama Islam yang diberi gelar Sunan, gelar ini menujukkan status sosial yang tinggi.

c. Bidang Agama

Pada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama Hindu, Buddha, atau menganut kepercayaan terhadap roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam.

d. Bidang Kebudayaan

Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia tidak serta merta menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan Islam mengakomodasi kebudayaan yang sudah ada, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar tetap sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil akulturasi tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Seni Bangunan

Bentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan kebudayaan Hindu-Buddha.Kemiripan ini terlihat pada hal-hal berikut. 

a) Atap Tumpang

Atap tumpang merupakan atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang itu selalu ganjil, biasanya 3 sampai 5 tingkat. Atap tumpang serupa dengan arsitektur Hindu. Atap tumpang sampai saat ini masih banyak kita temukan di Bali. Namanya meru, dan khusus digunakan sebagai atap bangunan-bangunan suci di dalam pura. Contoh masjid yang
menggunakan atap tumpang adalah Masjid Demak dan Masjid Banten.

b) Menara

Menara merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan ketika waktu shalat telah tiba. Pada masjid Kudus bentuk menara mirip sekali dengan bentuk bangunan Candi
Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya dan diberi atap tumpang.

c) Makam

Pembangunan makam bagi sebagian umat Islam di Indonesia dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Di Indonesia banyak ditemukan makan yang terletak di bukit atau dataran tinggi.Misalnya makam Sunan Gunung Jati di gunung Sembung atau kompleks pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Makam-makam yang terletak di tempat-tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang dan merupakan bentuk perwujudan pendirian punden berundak megalithik.

2) Seni Ukir

Seni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya.Dalam ajaran Islam ada larangan untuk membuat patung atau melukis makhluk hidup apalagi dalam bentuk manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang dengan menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan, bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan ragam hias huruf arab (kaligrafi) yang kerap kali digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup.

4. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan-kerajaan Islam dikenal dengan sebutan kesultanan dan rajanya disebut sultan.Kesultanan Islam di Indonesia diperkirakan mulai lahir sejak abad ke-13 M. Berikut ini akan dibahas beberapa kesultanan Islam yang ada di Indonesia.

a. Kesultanan Samudera Pasai

Kesultanan Samudera Pasai berdiri antara tahun 1270 – 1275 M. Letaknya di sebelah utara Perlak di daerah Lhokseumawe (sekarang pantai timur Aceh) dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Sultan yang pernah memerintah Samudera Pasai antara lainadalah Sultan Malik as-Shaleh, Sultan Malik atThahir, dan Sultan Mahmud Malik az-Zahir.

Sumber sejarah Kesultanan Samudera Pasai antara lain diperoleh dari batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 696 H atau 1297 M, catatan Marcopolo (seorang pedagang dari Venesia) yang singgah di Perlak tahun 1292 M, dan catatan Ibnu Batutah (seorang penjelajah dari Maroko) yang pernah singgah di Samudera Pasai tahun 1345 dan 1346 M. 

Perekonomian masyarakat Samudera Pasai tergantung dari perdagangan. Letaknya yang berdekatan dengan Selat Malaka dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi.Banyak pedagang dari berbagai negara seperti Cina, Arab, Persia, Siam, Turki, Gujarat dan lainnya yang berlabuh di pelabuhanSamudera Pasai. Untuk itu, Samudera Pasai berusaha menyiapkan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat, harusmembayar pajak. Adapun barang yang diperdagangkan adalah lada, sutra, dan kapur barus. 

Dalam bidang keagamaan, Ibnu Batutah menyebutkan bahwa Kesultanan Samudera Pasai dikunjungi oleh ulama dari Persia, Syiria dan Isfahan.
Ia juga menyebutkan bahwa sultan Samudera Pasai sangat taat beragama dan menganut mazhab Syafi’i. Selain itu, Marcopolo menyebutkan bahwa masyarakat di daerah Perlak sebagian besar telah beragama Islam. Kesultanan Samudera Pasai mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Hal ini tampak pada upaya Samudera Pasai dalam menyebarkan Islam ke Malaka dan Patani.

Pada tahun 1521 M, Kesultanan Samudera Pasai dikuasai oleh Portugis, kemudian pada tahun 1524 M dikuasai oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh Darussalam. Sejak itu Samudra Pasai berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam.

b. Kesultanan Aceh Darussalam

Kesultanan Aceh didirikan pada tahun 1513 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Berdasarkan berita Portugis, Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah berhasil memasukkan kerajaan Daya ke dalam kekuasaan Aceh Darussalam pada tahun 1520 M. Kemudian Pedir dan Samudera Pasai ditaklukkan pada tahun 1524 M. Kesultanan Aceh Darussalam menyerang kapal Portugis di bawah komandan Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh. Pada Tahun 1529 M kerajaan Aceh mengadakan persiapan untuk menyerang Portugis di Malaka, tetapi tidak jadi karena Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada tahun 1530 M.

Perkembangan kesultanan Aceh erat kaitannya dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Sejak Malaka dikuasai Portugis, para pedagang Muslim menghindari Selat Malaka dan beralih menyusuri pesisir barat Sumatra, ke Selat Sunda, lalu terus ke timur Indonesia atau langsung ke Cina. Hal ini mendorong perekonomian masyarakat Aceh berkembang pesat dan menjadikan Aceh sebagai bandar transit lada dari Sumatra dan rempah-rempah dari Maluku. 

Untuk mempertahankan kedudukannya, Aceh membangun armada laut yang kuat dan menjalin hubungan dengan kesultanan Islam di Timur Tengah seperti, Turki Utsmani, Abessinia dan Mesir. Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636 M. Kesultanan Aceh berhasil menguasai daerah-daerah di pesisir timur dan barat Sumatra, serta pesisir barat Semenanjung Melayu, seperti Johor dan Pahang. 

Pada tahun 1629 M, Sultan Iskandar Muda berupaya merebut Malaka dari Portugis. Namun upayanya gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul. Sultan Iskandar digantikan oleh Sultan Iskandar Thani yang memerintah tahun 1636 – 1641 M. Pada masa pemerintahannya, kejayaan Kesultanan Aceh semakin meningkat.Namun, berbeda dengan pendahulunya,Sultan Iskandar Thani lebih mementingkan pengembangan di dalam negerinya. Pada masa ini bidang keagamaan berkembang yang didukung oleh kehadiran seorang ulama besar bernama Nuruddin ar-Raniri. Sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Aceh
lambat laun mulai mengalami kemunduran. Meskipun demikian, Kesultanan Aceh dapat bertahan sampai awal abad ke-20 M.

c. Kesultanan Demak


Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Kesultanan ini didirikan sekitar abad ke-15 M oleh Raden Patah yang merupakan keturunan Raja Brawijaya V, raja terakhir dari kerajaan Majapahit. Awalnya Demak merupakan wilayah dari kerajaan Majapahit.Seiring dengan kemunduran Majapahit, Demak menjadi kawasan mandiri yang kemudian menjadi sebuah kesultanan.Wilayah-wilayah di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam berada di bawah pengaruh Demak.Pengaruh Kesultanan Demak kemudian meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi.

Kehidupan ekonomi masyarakat Demak bersumber pada pertanian, perdagangan dan pelayaran. Pengalihan jalur perdagangan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, membuat pelabuhan-pelabuhan di wilayah kesultanan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, dan Gresik berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung) dengan daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Pada tahun 1512 M dan 1513 M, Demak mengirim pasukan dibawah pimpinan Adipati Yunus untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Namun upaya ini gagal karena kekuatan Portugis lebih unggul.

Dalam bidang keagamaan, kesultanan Demak berperan sebagai pusat penyebaran agama Islam.Di Pulau Jawa, penyebaran Islam didukung oleh para wali yang dikenal dengan Wali Songo. Beberapa anggota Wali Songo berasal dari Demak, yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Murya. Mereka berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kesultanan Demak juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa seperti Maluku, dan Kalimantan. Penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri. Adapun di Kalimantan, penyebaran Islam dilakukan oleh seorang penghulu yang bernama Tunggang Pararangan.

Kesultanan Demak mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggana. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Demak meliputi sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Penaklukkan pesisir utara Jawa Barat dilakukan oleh Fatahillah yang turut merintis berdirinya kesultanan Banten dan Cirebon. Setelah Sultan Trenggana wafat, Kesultanan Demak mengalami kemunduran. Salah satu penyebabnyaadalah konflik dalam keluarga kesultanan yang memperebutkan tahta Demak.Konflik berakhir setelah Jaka Tingkir (Adipati Pajang sekaligus menantu Sultan Trenggono) meredam pemberontakan Aria Panangsang yang menginginkan tahta Demak.Jaka Tingkir kemudian memindahkan pusat pemerintahan Demak ke daerah Pajang.

d. Kesultanan Banten 


Sebelum menjadi sebuah kesultanan, Banten sudah berkembang menjadi kota pelabuhan penting di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada tahun 1526 M, Fatahillah dari kesultanan Demak berhasil merebut Banten dari kerajaan Sunda. Perebutan kekuasaan ini terjadi disebabkan oleh adanya kerjasama politik dan ekonomi antara kerajaan Sunda dan Portugis. Hal ini dianggap membahayakan kedudukaan kesultanan Demak setelah kegagalan Adipati Yunus mengusir Portugis dari Malaka. Fatahillah kemudian mendirikan benteng pertahanan yang bernama Surosowan yang kelak menjadi pusat pemerintahan kesultanan Banten.

Selain membangun benteng pertahanan, Fatahillah juga mengembangkan Banten menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Banten kemudian tumbuh menjadi kota perdagangan. Ketika kesultanan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak. Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1651-1682. Pada masa pemerintahannya, perekonomian Banten semakin berkembang. Pedagang-pedagang asing seperti, Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina, Jepang, dan Eropa berlabuh di Banten. Hal ini diketahui dari banyaknya temuan pecahan keramik dan benda-benda lainnya dari Cina, Jepang bahkan juga dari Eropa. Untuk mempertahankan kedudukan Banten sebagai salah satu pusat perdagangan, Sultan Ageng Tirtayasa bersikap tegas terhadap VOC Belanda. Ia tidak mau bekerjasama dan menolak kemauan VOC untuk menerapkan monopoli perdagangan.

Kesultanan Banten mulai mengalami kemunduran sejak terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan puteranya Sultan Abu Nasr Abdul Kahar atau Sultan Haji. Sultan Haji cenderung mau berkompromi dengan VOC. Perbedaan sikap ini berubah menjadi perang saudara. Dengan bantuan VOC, Sultan Haji berhasil mengalahkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Setelah itu, Banten berada di bawah pengaruh VOC.

e. Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)

Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Sulawesi Selatan.Kesultanan Makassar berawal dari kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bergabung menjadi satu di bawah pimpinan raja Gowa.Adapun raja Tallo menjadi mangkubumi.Setelah menganut Islam, kerajaan tersebut menjadi Kesultanan Makassar.

Kesultanan Makassar kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini disebabkan letak Makasar yang strategis dan menjadi bandar penghubung antara Malaka, Jawa, dan Maluku sehingga ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.

Kesultanan Makassar mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin tahun 1653–1669 M. Ia berhasil membangun Makassar menjadi penguasa jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada tahun 1660 M, terjadi perang Makassar. Perang ini disebabkan oleh persaingan antara kesultanan Makassar dan kerajaan Bone yang mendapat dukungan dari VOC Belanda. Selain itu perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makasar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan juga menjadi terjadi penyebab perang Makassar. Dalam perang ini kesultanan Makassar mengalami kekalahan dan terpaksa menanadatangani perjanjian Bongaya yang sangat merugikan kesultanan Makassar.

f. Kesultanan Mataram


Kesultanan Mataram merupakan kesultanan Islam yang didirikan oleh Sutawijaya pada tahun 1575 M. Sutawijaya kemudian menjadi sultan Mataram yang pertama dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Sutawijaya kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang memerintah tahun 1601-1613 M. Mas Jolang kemudian digantikan oleh putranya Mas Rangsang yang memerintah tahun 1613-1645 M. Mas Rangsang terkenal dengan nama Sultan Agung.

Pada masa perintahan Sultan Agung kesultanan Mataram mencapai puncak kejayaan.Dalam bidang politik, Mataram berhasil memperluas kekuasaan ke berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat termasuk Banten. Dalam bidang ekonomi, Mataram berkembang menjadi negara agraris. Hasil utamanya adalah beras.Selain itu, Mataram juga menghasilkan kayu, gula, kelapa, kapas, dan palawija.Dalam bidang kebudayaan, seni bangunan, ukir, dan lukis mengalami perkembangan.Hal ini terlihat dari gapura, istana, dan tempat ibadah peninggalan kesultanan Mataram.Kebudayaan yang berkembang di Mataram merupakan perpaduan unsur-unsur budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa, seperti perayaan Sekaten dan upacara Grebeg.

Pada tahun 1645 Sultan Agung wafat dan dimakamkan di situs pemakaman di puncak bukit tertinggi di Imogiri, yang ia buat sebelumnya. Kerajaan Mataram kemudian dipimpin oleh puteranya Amangkurat I (1647-1677). Pada masa pemerintahannya Mataram mengalami kemunduran karena masuknya pengaruh Belanda.Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menguasai tanah Jawa yang subur, Belanda berhasil memecah belah Mataram. Pada tahun 1755 M, dilakukan Perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua wilayah kerajaan, yaitu: Daerah kesultanan Yogyakarta dan Daerah Kasunanan Surakarta.

g. Kesultanan Ternate dan Tidore

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15 M, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam di Maluku.Dari sini muncul empat kesultanan Islam, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Pada saat kesultanan-kesultanan tersebut berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Maluku terkenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti pala dan cengkeh dan menjadi pusat perdagangan.Di antara kesultanan yang ada, Ternate yang paling maju.Kesultanan Ternate kaya akan hasil rempah-rempah, sehingga menarik banyak pedagang. Kemajuan Ternate ternyata menyebabkan persaingan antar kesultanan di Maluku.Akibatnya muncul dua persekutuan yang bersaing, yaitu Uli Lima yang dipimpin oleh Ternate dan Uli Siwa yang dipimpin oleh Tidore. Uli Lima terdiri atas lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Uli Siwa terdiri atas sembilan daerah, yaitu Tidore, Jailolo, Makyan, Soe-siu, dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat Papua.

Pada 1521 M, Portugis memasuki Maluku dan bekerjasama dengan Ternate. Tidak lama kemudian Spanyol memasuki Maluku dan bekerjasama dengan Tidore.Kedatangan kedua bangsa Eropa tersebut makin memperuncing keadaan hingga terjadi perseteruan empat pihak, yaitu Ternate-Portugis dengan Tidore-Spanyol.Perseteruan ini dapat diselesaikan melalui Perjanjian Saragosa.Berdasarkan isi perjanjian, Spanyol harus meninggalkan Maluku.

Setelah Spanyol pergi, Portugis berupaya menguasai Maluku. Upaya tersebut mendapat perlawanan dari rakyat Maluku.Sultan Khairun dari Ternate berusaha mengusir Portugis namun usahanya gagal.Perjuangan dilanjutkan oleh Sultan Baabullah. Pada tahun 1575 M, benteng Portugis di Ternate direbut, kemudian Portugis berhasil diusir dari bumi Maluku.

Bebasnya Maluku dari bangsa asing tidak berlangsung lama.Pada Tahun 1605 M, VOC Belanda menduduki Ambon dan berusaha menguasai Maluku. Belanda mendapat perlawanan sengit dari rakyat Maluku, diantaranya adalah perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Nuku dari Tidore.

h. Kesultanan Banjar

Pada awal abad ke-16 di Kalimantan Selatan terdapat tiga kerajaan, yaitu Nagara Dipa, Nagara Daha, dan Banjar.Raja Kerajaan Banjar bernama Raden Samudra.Ketika Nagara Daha menyerang Kerajaan Banjar, Raden Samudra meminta bantuan militer kepada Kesultanan Demak. Raden Samudra berjanji jika Kesultanan Demak membantu berperang melawan Nagara Daha, ia bersama seluruh rakyatnya akan masuk Islam.

Demak memenuhi permintaan itu.Dengan bantuan Demak, Kerajaan Banjar menang melawan Nagara Daha.Sesuai dengan perjanjian, seluruh rakyatBanjar masuk Islam.Kemudian Raden Samudra dinobatkan oleh Sunan Kudus menjadi Sultan Banjar yang pertama dengan gelar Sultan Suryanullah atau Sultan Suryansyah.Ia memerintah pada tahun 1526 – 1545 M.

Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada awal abad ke-17 M. Dalam bidang politik, kesultanan Banjar berhasil menghimpun kekuatan militer yang kuat hingga mampu membendung pengaruh politik dari Tuban, Arosbaya (Madura), dan Mataram. Dalam bidang ekonomi, perdagangan kesultanan Banjar menjadi maju dengan lada sebagai komoditas utama.

Selain itu, kesultanan Banjar juga memperoleh penghasilan dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis untuk jalur perdagangan. Dalam bidang keagamaan, lahir seorang ulama besar bernama Muhammad Arsyad ibn Abdullah Al Banjari.Beliau lahir di Martapura tahun 1710 M. Atas biaya kesultanan Banjar, Beliau pergi ke Mekkah menuntut ilmu. Sekembalinya dari Mekkah, Beliau mengajarkan ilmu agama Islam dengan kitabnya yang terkenal Sabil al-Muhtadin.

Kesultanan Banjar mengalami kemunduran setelah masa pemerintahan Sultan Adam Al Wasik billah tahun 1857 M. kemunduran ini disebabkan oleh campur tangan Belanda dalam pergantian sultan-sultan Banjar.
5. Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia
Apakah di antara kamu ada yang tahu tentang peninggalan sejarah masa Islam? Perhatikan gambar di atas. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan masa Islam.Mesjid ini bernama Baiturrahmanyang dibangun oleh Kesultanan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda dan masih digunakan hingga saat ini. Selain mesjid Baiturrahman, masih banyak peninggalan yang lain. Apa saja peninggalan-peninggalan tersebut?

Setelah mengerjakan aktivitas kelompok di atas, kamu sudah mengetahui peninggalan-peninggalan dari masa Islam.Peninggalan-peninggalan tersebut adalah sebagai berikut. 

a. Masjid

Masjid merupakan tempat ibadah orang-orang Islam. Masjid yang merupakan peninggalan masa Islam di Indonesia contohnya adalah mesjid Demak, mesjid Ampel Surabaya, dan mesjid Banten.

b. Keraton

Keraton adalah tempat kediaman raja atau istana raja.Di tempat ini seorang raja mengendalikan pemerintahan kerajaannya. Dengan demikian, keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja. Keraton yang termasuk peninggalan masa Islam antara lain yaitu: Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Keraton Kanoman di Cirebon, dan istana Maimun di Sumatra Utara.

Gambar 4.57. Keraton Surakarta

c. Makam

Makam kuno peninggalan masa Islam umumnya terdiri atas jirat (kijing), nisan, dan cungkup. Jirat adalah bangunan yang terbuat dari batu atau tembok yang berbentuk persegi panjang.Nisan adalah tonggak pendek yang terbuat dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda kuburan. Cungkup adalah bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat. Contoh makam kuno bercorak Islam, yaitu makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, makam Sultan Malik al-Saleh di Pasai Aceh, dan makam sultan-sultan Mataram di Imogiri.

d. Kaligrafi


Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan huruf Arab.Dalam dunia Islam, kaligrafi terdiri atas petikan ayat-ayat suci Al Qur’an.Bentuknya beraneka macam, dari yang sederhana, berbentuk tulisan mendatar, sampai bentuk yang rumit seperti sebuah lingkaran, segitiga atau membentuk suatu bangun tertentu seperti masjid. Beraneka ragam hias kaligrafi dapat kita temukan pada dinding masjid atau batu nisan.

e. Karya sastra

Berdasarkan corak dan isinya karya sastra peninggalan masa Islam di Indonesia ada beberapa jenis, yaitu: berupa, babad, hikayat, suluk, dan syair. 
  1. Babad adalah karya sastra berupa cerita berlatar belakang sejarah. Karya ini biasanya berupa cerita semata daripada uraian sejarah yang disertai bukti-bukti dan fakta. Contoh Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti. 
  2. Hikayat adalah karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai pelipur lara atau pembangkit semangat. Contoh Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Raja-Raja Pasai. 
  3. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari baik atau buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dihadapi manusia. Suluk-suluk tersebut merupakan bagian dari ajaran tasawuf. Suluk merupakan karya sastra tertua peninggalan kesultanan Islam di Indonesia. Contoh Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan Suluk Sukarsa. 
  4. Syair adalah puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contohnya Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai karya Hamzah Fansuri.

f. Seni Tari

Salah satu tarian yang merupakan peninggalan dari masa Islam adalah tari seudati atau tari saman dari Aceh.Tarian ini dilakukan dengan iringan nyanyian yang sebenarnya adalah selawat atau pujian kepada nabi.

g. Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten.Dalam kesenian ini, pemain menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Kesenian Debus berawal pada abad ke-16 M, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.Debus pernah digunakan sebagai sarana untuk memompa semangat juang rakyat Banten melawan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

h. Sekaten dan Grebeg

Sekaten merupakan upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw. yang diadakan setiap bulan Rabiul Awwal tahun Hijriyah di Alun-Alun Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu digunakan oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Pada perayaan Sekaten, dua gamelan, yaitu gamelan Kyai Nagawilaga dan gamelan Kyai Gunturmadu akan dimainkan secara bersamaan selama 7 (tujuh) hari berturut-turut.
Puncak perayaan Sekaten ditandai dengan Grebeg Mauludan dengan mengarak sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, buahbuahan dan sayur-sayuran sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perayaan Sekaten dan Grebeg masih dilaksanakan hingga saat ini.

Rangkuman

  1. Zaman Praaksara adalah zaman sebelum manusia mengenal tulisan. Zaman praaksara dimulai sejak manusia ada dan berakhir setelah manusia mengenal tulisan.
  2. Secara geologis, sejarah perkembangan bumi dapat dibagi menjadi 4 periode: zaman arkaeikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum.
  3. Secara arkeologis, sejarah kehidupan manusia dibagi menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.
  4. Menurut tingkat kehidupan sosial ekonominya, kehidupan manusia praaksara dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
  5. Kedatangan dan persebaran nenek moyang bangsa Indonesia di Nusantara. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia yang masuk ke Indonesia secara bergelombang dan bertahap. Bangsa Austronesia yang masuk ke Indonesia disebut bangsa Melayu yang dibedakan menjadi dua macam, yaitu bangsa Proto Melayu dan bangsa Deutero Melayu.
  6. Terdapat empat teori yang menjelaskan masuknya kebudayaan HinduBuddha ke Indonesia adalah teori ksatria, teori brahmana, teori waisya, dan teori arus balik.
  7. Kerajaan-kerajaan di Indonesia yang bercorak Hindu-Buddha antara lain adalah kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram Kuno, Medang, Kediri, Singhasari, dan Majapahit.
  8. Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia di antaranya adalah candi, patung, seni pahat dan ukir (relief), prasasti, dan sastra (kitab-kitab).
  9. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 sampai dengan 13 M melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan India.
  10. Kesultanan-kesultanan Islam yang ada di Indonesia antara lain adalah kesultanan Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Demak, Mataram, Banten, Banjar, Makassar, serta Ternate dan Tidore.
  11. Peninggalan sejarah yang Islam di Indonesia di antaranya adalah masjid, keraton, kaligrafi, seni tari, debus, serta perayaan sekaten dan grebeg.


Sumber : Buku Siswa IPS Kelas 7 Kurikulum 2013 Revisi 2016

Comments

Popular Posts

Perubahan Sosial Budaya

Kondisi Alam Negara-negara di Dunia